From My Mind, My Soul and My Heart

Tuesday, January 9, 2007

Sepatu

Sepatu…sepasang benda yang menyelimuti kaki, hanya itukah?
Sebagian orang mengatakan ya!, sebagian lainnya bilang, more than to covering your feet but its part of fashion, penunjang penampilan, lamabang kesuksesan, supply kepercayaan diri, sumber kenyamanan dan bahkan seorang teman (olivia…lip, gw pinjem istilah lu yak) sepatu adalah investasi…lho kok?
Rame ya pendapat orang tentang sepatu…
Bagi saya sendiri sepatu adalah benda yang memiliki daya magis tertentu dan selalu memaksa saya untuk merogoh kocek untuk membelinya, konsumtif ya?
Entah kenapa saya begitu tertarik kepada sepatu, saya sangat gila untuk memakai sepatu indah dan nyaman. Walau kegilaan saya ini masih dalam garis normal ya, dalam artian saya engga pernah sampai tersirep untuk mengeluarkan kocek jutaan demi memperoleh sepatu idaman.
Sepatu sebagai penunjang penampilan, iya saya setuju, karena saya sebagai orang yang suka me-matching- matchingkan pakaian (konsumtif lagi gak sih?), sangat merasa perlu sepatu yang sepadan dengan tas yang dikenakan. Ada orange day, black white day, blue day , green day, etc. Itu adalah kreasi saya menyemarakkan hari- hari saya. Diharapkan dengan mengambil tema warna setiap hari yang diwakili dari pakaian, sepatu dan tas saya berharap ada energi berbeda dan semangat berbeda pula yang dipancarkan dari warna- warna pilihan saya hari itu.
Dan sepatu adalah salah satu unsur penting dari semua itu.
Saking cintanya saya pada sepatu, mertua saya pernah bilang kalo saya itu replika-nya Imelda Marcos, oh damn….im not lah ya, im still realistics!

Cerita soal kecintaan saya sama sepatu, saya sampai pernah menyimpan sepatu kesayangan saya yang sudah rusak, entah untuk apa, yang pasti masih senang saja memandanginya. Ada 2 sepatu yang pernah saya perlakukan istimewa seperti itu, keduanya bukan sepatu mahal yang harganya jutaan, mereka hanyalah sepatu dari kelas biasa namun memiliki karakter yang unik mungkin sebagian teman mengatakan kalau sepatu- sepatu itu “erroy banget!!!”dan kedua sepatu itu pernah memberikan pengalaman unik buat saya.

Sepatu pertama adalah sepatu pantofel kulit berpotongan mocasin yang saya beli di Butik Linea, saya pakai ke kampus untuk menimbulkan sensasi semangat baru kalau lagi jenuh. Sepatu ini bahannya kulit, warnanya hitam, potongannya sangat ramping dan sangat elegan. Sepatu tersebut selalu saya padankan dengan tas bergaya post man bag sporty besar berwarna senada, cool….Sepatu itu sempat mendapat pujian dari teman- teman, “modis dan lucu banget” kata mereka. Mungkin karena bentuknya yang khas, yaitu berujung lancip ala sepatu aladin (walau lancipnya engga sampai menikung ke atas yah…).
Sepatu ini punya sejarah khusus untuk saya, si lancip manis ini pernah memompa kepercayaan diri saya saat saya ber-orasi mendukung pemilihan Ketua BEM periode 2002-2003, belive it or not, saat saya sedang mempersiapkan orasi saya menatap sepatu manis saya itu lalu ada semacam kekuatan berupa kepercayaan diri mengalir ke diri saya, magis banget, tapi nyata…
Sepatu lainnya yang berkesan di hati saya adalah sepatu fantofel ramping model moccasin juga, bermotif lurik hitam putih, sepatu itu sudah tamat riwayatnya 3 tahun lalu, namun pasangan sepatu itu (handbag warna senada, merk sama, dibeli di butik sama), masih setia terpajang di lemari saya. Sepatu itu sempat membuat saya dikejar sama turis Jepang di hingga masuk lift just only want to ask to me, “where did you buy that shoes?”
Selain itu, saya punya sejarah khusus lainnya dalam sepatu itu, saat saya mengadakan event tahunan “Law at the Mall”, saya mulai panic karena salah satu bintang tamu yaitu Indra Bekti belum kunjung datang, saya udah bolak balik call beliau “De, dimana lu?”, “De, masih lama gak?”, bolak balik stress sampai saya terduduk cemas lalu menunduk ke bawah dan tak sengaja menatap sepatu cantik hitam putih saya, lalu saya pun lamat- lamat mengagumi kecantikan sepatu saya itu, bengong sambil senyum- senyum melihat kaki saya yang terbalut benda cantik itu, sampai tiba- tiba terdengar “Maapin gw Roy, telat banget yah…” Indraaaaaaaaaaa Bektiiiiiiiiii!!!!
Fuih….lega banget, namun saat suara khas si Indra membuyarkan lamunan saya saat itu, sebenarnya saya tengah terhipnotis sama sepatu saya itu, jadi setidaknya rasa cemas itu telah lenyap perlahan.

Kedua sepatu itu setelah 2 tahun tergolek tak berdaya di kotak-nya masing- masing karena alas-nya yang sudah rusak dan tidak mampu diperbaiki, akhirnya saya buang juga ke tukang sampah keliling. Sebelumnya saya sempat berniat untuk menguburnya, namun Tori buru- buru menjitak kepala saya dan bilang “please realistis deh…”
Akhirnya dengan berat hati saya merelakan sepatu kesayangan saya menumpang gerobak sampah dan entah apa nasib sepatu bersejarah saya itu selanjutnya…Kemungkinan terbesar sih di daur ulang, yah setidaknya mereka kembali bermanfaat lah setelah beberapa tahun memberi makna buat saya, menyamankan kaki saya dan setia saya injak untuk menjadi bantalan kaki saya.

See?sepatu means a lot for me!ini nyata loh, ini truth happened loh in my life, I love shoes more than another things, I love shoes ‘cause its have magical power for me, I love shoes deh pokoknya…

Put Your Comment Here........