From My Mind, My Soul and My Heart

Friday, January 12, 2007

CERMIN PEREKONOMIAN NEGARA MELALUI PENDIDIKAN DAN KEBERADAAN BURUH ANAK



Menurut data pemerintah, terdapat sekitar 4 juta anak berusia antara 13-15 tahun di Indonesia tidak bersekolah, sekitar 1,5 juta usia 10-14 tahun masuk ke dalam angkatan kerja. Sebagian dari anak-anak tersebut beresiko terlibat dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.

Anak putus sekolah pada tahap sekolah dasar sebahagian besar disebabkan oleh biaya yang harus mereka bayar untuk mengikuti program pendidikan. Anak-anak putus sekolah diusia dini menyebabkan timbulnya pekerja anak, sisanya menjadi pengangguran usia muda yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan cukup untuk bersaing di bursa tenaga kerja apalagi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Fenomena memprihatinkan ini menjadi sebuah gambaran bagi perekonomian Indonesia . Keberadaan pekerja anak menjadi indikasi tingkat kemiskinan di Indonesia . Pekerjaan seringkali menyeret mereka dalam perbudakan dunia kerja yang akan mengisolasi mereka dari dunia luar, termasuk keluarga, teman dan dunia pendidikan. Kerja menyita semua waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, bermain, mengenyam pendidikan yang cukup untuk meningkatkan kemampuan untuk menghadapi persaingan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya. Tidak memadainya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pekerja anak akan menjadi lingkaran kemiskinan dan berlanjut pada pengabaian hak bagi anak dan keluarganya. Keadaan ini berpengaruh pada pembangunan dan menimbulkan kerugian bagi negara dengan hilangnya satu sumber daya paling penting yaitu Sumber Daya Manusia.
Meskipun anak yang bekerja mampu menghasilkan pendapatan dan mempertahankan kehidupan keluarga, namun tetap tidak akan membuat anak tersebut lepas dari lingkar kemiskinan, sebab pendapatan yang mereka peroleh tidak akan cukup untuk mencapai kehidupan yang layak dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan mereka. Pendidikanlah yang bisa mengeluarkan mereka dari keterpurukan.
Masa paling penting untuk pembentukan manusia yang berkompeten adalah masa kanak-kanak dan remaja. Pendidikan yang cukup diperoleh pada masa ini akan menjanjikan pekerjaan yang layak nantinya. Pekerjaan yang layak memungkinkan setiap anak mendapatkan kehidupan yang nyaman dan perlindungan terhadap hak-hak azasi sepanjang hidupnya. Bila pendidikan tersebut tidak diperoleh dengan utuh, maka kemungkinan yang akan timbul adalah pekerja yang miskin akan pengetahuan dan kemampuan yang pada akhirnya tidak akan membawa mereka dan keluarganya keluar dari garis kemiskinan. Mereka juga tidak akan mampu memberikan pendidikan yang cukup bagi anak mereka karena terdapat kecenderungan bahwa anak yang putus sekolah juga memiliki orangtua yang juga tidak menyelesaikan pendidikannya, yang pada akhirnya akan menghambat laju pembangunan nasional.
Terlepas dari fungsi pendidikan sebagai pendorong pembangunan nasional sebuah negara, kita harus ingat bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap anak. Negara melalui Undang-undang No 23 Tahun 2002 dengan jelas telah mencantumkan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan pada (Bab III, Pasal 9, Ayat 1), “ Setiap anak berhak mempero;eh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. ”
Akses terhadap pendidikan dasar gratis bagi masyarakat adalah tugas mendesak untuk dilakukan negara. Dari hasil survey International Labour Organization (ILO) yang dilakukan dibeberapa wilayah Indonesia pada awal tahun 2006 mengenai sikap orang tua tentang pendidikan, 92 % responden orang tua menganggap pendidikan sangat penting untuk masa depan anak mereka, oleh karena itu mereka bersedia membayar dan bahkan berjuang agar anak-anak mereka mendapatkan hal itu. Tetapi mereka tidak mau menyumbang untuk fasilitas sekolah (mereka berasumsi bahwa uang sekolah termasuk ke dalam kategori fasilitas sekolah juga).
Adanya pandangan positif yang diberikan masyarakat terhadap kualitas pendidikan dan kesediaan mereka mendukung sekolah harusnya menjadikan pekerjaan negara sedikit menjadi lebih mudah. Kesadaran akan pentingnya pendidikan dengan pengadaan pendidikan gratis bagi masyarakat akan meminimalkan timbulnya anak putus sekolah dan keterlibatan anak bekerja di usia dini. Pendidikan yang cukup memberikan bekal bagi anak memperoleh pekerjaan yang layak bagi dirinya dan keluarganya, yang pada akhirnya menyumbangkan peningkatan pembangunan perekonomian negara.


Oleh : Endang Ekawaty

1 comment:

Anonymous said...

The writer of erryriyadi.blogspot.com has written a superior article. I got your point and there is nothing to argue about. It is like the following universal truth that you can not disagree with: Bell-bottoms and Disco are Man's greatest failure I will be back.

Put Your Comment Here........