From My Mind, My Soul and My Heart

Thursday, December 21, 2006

BUKAN PEREMPUAN BIASA


BUKAN PEREMPUAN BIASA


Menu makan harian, belanja bulanan, sekolah anak, ke dokter anak, dateline report, annual meeting bla…bla…bla…
Itu lah “have to do”-nya seorang ibu pekerja zaman sekarang, dimana ritual belanja sudah besanding sejajar dengan ritual annual meeting.
Bukan hal aneh untuk saat ini melihat seorang ibu harus berkejar- kejaran dengan waktu untuk memburu tugas domestic maupun tugas profesionalitasnya, dan waktu seolah bergulir tiada henti. Seolah di tangan para ibu modern itu semua bisa teratasi, dari menu makan harian hingga propinsi, semua sudah dibuktikan jika wanita mampu menggerakannya.
Kadang tak terbayang bagaimana dalam waktu 24 jam semua tugas mampu berjalan dengan 2 tangan, 2 kaki dan satu otak dari seorang manusia berbungkus kelamin perempuan, yang berlomba lari dengan roda kehidupan semraut kota besar, dimana waktu 24 jam terasa begitu singkat seolah membias begitu saja.
Namun bukan hal yang aneh juga ketika kita melihat pada kenyataan ternyata banyak perempuan- perempuan yang ternyata mampu menjalankan semuanya.
Kadang pekerjaan mengatur rumah tangga dianggap hal mudah yang bisa dijadikan pekerjaan sambilan, padahal mengatur rumah tangga adalah pekerjaan yang bisa memakan waktu 24 jam penuh, dan bagi ibu bekerja, kegiatan mengatur rumah tangga harus dipadatkan agar bisa disandingi dengan tanggungjawab kantor, dan mendistribusikan tanggungjawab kepada pembantu ataupun baby sitter adalah jalan keluar yang biasanya dipilih.
Ada hal- hal domestik yang tetap saja tidak mampu didistribusikan, karena bagaimanapun handalnya pembantu rumah tangga maupun baby sitter tidak akan mampu memberi warna cinta dalam rumah tangga. Cinta dan keuletan seorang ibulah yang mampu membangun rumah tangga yang bahagia dan utuh, dimana bukan rahasia lagi bahwa anak-anak yang berkualitas mayoritas dicetak oleh keluarga yang bahagia dan utuh. Karena secara psikologis anak- anak itu tumbuh secara utuh. Jadi peran ibu bukan hal sepele dalam rumah tangga, karena menyangkut asset bangsa yaitu anak- anak.

Dalam urusan pekerjaan yang bersifat profesionalitas, tak jarang kaum perempuan ternyata lebih unggul. Berdasarkan beberapa riset yang ada menunjukkan bahwa prestasi kerja di perkantoran banyak didominasi oleh kaum perempuan.
Dan tak heran pula ketika di dunia kampus, banyak gelar mahasiswa berprestasi yang dikantongi oleh kaum perempuan, entah karena perempuan lebih rajin dan lebih tertib yang membuat fenomena itu menjadi hal yang lumrah di universitas.

Seperti dipaparkan pada majalah Tempo edisi minggu ini (sorry bukan promosi cuma mau kasih sample saja), disana dipaparkan beberapa contoh perempuan Indonesia yang memiliki profesi dan keuletan menjalankan profesi langka dan menantang, yang mungkin selama ini dalam benak semua orang dianggap bahwa profesi itu only for man, tapi kenyataannya perempuan- perempuan mampu mengerjakan semuanya dan mampu mengukir prestasi disana. Dari mulai profesi polisi, bupati, penerbang, sampai buruh panggul, ternyata mampu dikerjakan oleh perempuan.
Tidak ada yang tidak mungkin untuk kaum perempuan untuk saat ini, kita semua punya kemampuan yang sama dengan laki-laki. Banyak institusi pendidikan yang telah fair untuk mengundang kaum perempuan untuk bersaing dengan laki- laki dalam hal pendidikan.

Berarti kita telah melangkah lebih maju saat ini, kita telah memiliki kesempatan untuk membuktikan kompetensi kaum kita. Jadi kita memiliki argument yang kuat untuk menjungkirbalikkan pandangan “perempuan = dapur, sumur dan kasur” yang selama ini direkam dalam pemikiran masyarakat umum.
Tugas untuk kita semua kedepan adalah terus berjuang untuk keselarasan rumah tangga kita sebagai amanah dari Allah dan senantiasa menggali potensi diri kita untuk membuktikan bahwa “kita bisa”. Dan apapun bidang yang kita geluti buktikan bahwa kita bukan perempuan biasa!



(Erry Riyadi, Diantara semraut-nya Jakarta dan dengan semangat menjelang hari ibu, 19 Desember 2006, 11:53)

No comments:

Put Your Comment Here........